Kamis, 03 Maret 2011

Wanna eat a junk??? Read this, first!


Bila kita mengkonsumsi junk food dalam jumlah kecil, maka dapat dikatakan junk food menunjang pola konsumsi makanan sehat kita. Namun bila berlebih maka akan berdampak pada kesehatan kita. Dampaknya sudah banyak diketahui, antara lain adalah obesitas, kolesterol, penyakit jantung, diabetes, kanker, kerusakan gigi, dll. Bahkan oleh para peneliti konsumsi junk food dipercaya berperan menyebabkan penyakit asma pada anak-anak.
Junk food sering diidentikkan dengan makanan-makanan seperti hamburger, kentang goreng dan menu-menu lain yang ditawarkan oleh fast food. Tapi kita jangan sampai salah dalam mengenali identitas dari si ‘junk food’ ini, bukan hanya menu-menu dalam restoran fast food saja. Cemilan, permen, chips, jajanan pasar, soda, makanan instant, greasy food (gorengan) dan makanan kalori 'kosong' lainnya itu termasuk, dan justru makanan makanan seperti ini yang justru menjadi favorite para remaja. Namun apakah makanan seperti ini benar-benar layak dikonsumsi??
Remaja sering kali memperhatikan masalah kandungan lemak dan gula dalam makanan yang mereka konsumsi, dan menghitung-hitung jumlah kalori yang masuk dalam tubuh mereka setiap harinya. Hal ini biasanya berhubungan dengan berat badan dalam upaya menjaga kelangsingan tubuh, sehingga mereka justru lebih memilih cemilan tanpa kalori dan mengabaikan makanan sehat.
Tanpa disadari, makanan kecil yang sering dikonsumsi justru mengandung banyak garam yang tidak baik bila masuk dalam tubuh dengan jumlah yang berlebih.
Fungsi garam adalah untuk memberi cita rasa (flavor enhancer), sebagai bahan pengawet, menghambat pertumbuhan mikroorganisme, mempertahankan warna, meningkatkan tekstur, tenderness dan stabilitas bahan pangan. Garam yang sering digunakan umumnya berupa garam sodium (NaCl) yang bila dikonsumsi dalam jumlah cukup berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan dan keseimbangan asam basa di dalam tubuh, menjaga volume dan tekanan darah dan berperan dalam kontraksi otot.
Namun lain halnya apabila sodium ini dikonsumsi dalam jumlah yang berlebih. Dalam tubuh, bersama dengan potasium dan klorida, sodium berperan sebagai elektrolit yang membantu transmisi saraf ke seluruh tubuh. Tiga elektrolit ini harus berada dalam perbandingan yang seimbang.
Sodium yang berlebih dapat menyebabkan penurunan jumlah potassium, dan akan mempengaruhi cairan pada plasma sel, sendi, dan tulang punggung. Bukan hanya itu, kelebihan sodium juga dapat meningkatkan resiko tekanan darah (hipertensi), dan lebih jauh lagi, dapat menjadi faktor penyebab penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal. Edema, gangguan pencernaan dan penimbunan volume air dalam tubuh juga merupakan resiko dari kelebihan sodium.
Jumlah sodium yang dianjurkan dikonsumsi pada usia remaja adalah 1.500 mg/hari, atau sebanding dengan 3.800 mg garam/hari, dengan jumlah Tolerable Upper Intake Level (UL) sodium (batas maksimal tubuh menerima sodium) adalah 2.300 mg/hari. Kebutuhan sodium dalam tubuh dapat dengan mudah dipenuhi dengan makanan sehari-hari, namun dengan ‘terbudayanya’ kebiasaan ngemil makanan-makanan dengan kadar sodium yang tinggi, dapat mengakibatkan kelebihan jumlah sodium dalam tubuh.
Oleh karena itu, remaja masa kini harus lebih cermat dan tepat dalam memilih makanan yang mereka konsumsi. Label yang ada pada kemasan hendaknya dibaca dan digunakan sebagai pertimbangan sebelum makanan itu benar-benar masuk dalam tubuh. Olah raga dan aktivitas fisik yang cukup dapat mengimbangi asupan sodium yang tinggi, karena sodium dapat dieksresikan melalui keringat.
So, still wanna eat a junk???